52 hari menuju pernikahanku, tak terasa waktu begitu cepat.
ku menemukan seseorang di waktu yang tepat.
Cerita bermula disaat 5 tahun sudah kita menjalani hubungan ini, tepat diawal tahun yang baru
aku yang santai dan cuek ini disaat orang lain nanya "kapan nikah?" "kapan nyusul?" akhirnya ada di keadaan ibu ku sendiri yang nanya "kapan nikah?"
bingung? jelas.
karna disaat itu pacarku baru saja menyelesaikan kuliahnya.
belum punya perkerjaan dan penghasilan yang tetap.
tapi aku memberanikan diri buat nanya "aku mau nikah tahun ini"
(bukan nanya ya kayanya itu, tapi nembak wkwk)
beberapa menit nanya itu, otak mulai gak karuan, hati mulai degdeg-an. takut dengan jawabannya..
tapi, yang buat aku amaze sama pacarku adalah...dia menyanggupi untuk menikah di tahun ini.
padahal dia tau, dia belom berpenghasilan, dia baru lulus dr kuliah nya yang sempet mangkrak dua tahun karna keasikan kerja.
tapi yang buat aku percaya bisa "hidup" sama dia adalah kerja kerasnya dan rasa percaya nya kalo rejeki bisa dateng dari mana aja.
apa sampai disitu aja? jangan seneng dulu.
setelah dia memutuskan membawa ibu nya kerumah a.k.a melamar ku. masalah masalah baru mulai muncul, dari pikiran ku yang merasa "lo harus cari kerja!' "kerja apapun, yg penting lu berpenghasilan" "gua gamau hidup sama kaya contoh yg pernah gua liat"
setiap hari dia merasa tertekan dengan ke-egoisan ku karna terus nge push dia untuk terus semangat nyari kerja, gak peduli sejauh apa kantor tempat dia interview, ga peduli seberapa capek dia tiap hari harus keluar buat cari kerja, sampe ketika kita mutusin untuk berjalan sendiri-sendiri karna keadaan ku yang capek dipermainkan oleh pikiran ku sendiri dan dia yang lelah terus di tekan oleh semua keinginanku. seolah tidak percaya bahwa Allah akan membuka kan rejeki untuk hambanya yang berusaha dan berniat baik.
sampai aku sempat berfikir, apa aku mencari yang lebih baik? apa aku mencari seseorang yang sudah mapan? apa aku batalkan saja pertunangan ini? keputusan-keputusan itu selalu ada di kepala ku setiap malam. setiap kali aku mencoba melupakan rasa sayangku demi sebuah ego, dia menyadarkan ku kalau ketulusannya & rasa cinta nya yang begitu besar terhadapku yang membuat ku bertahan selama ini.
Allah itu adil, semakin lama aku semakin percaya bahwa rejeki menikah itu benar adanya, dan jika kita jodoh Allah akan memudahkan jalan kita bukan malah mempersulit.
dua bulan sebelum hari pernikahanku, calon ku mendapat kerjaan yang insyaAllah berkah buat kita.
aku percaya rencana Allah itu indah, dan banggalah para wanita yang mampu menjaga dan menemani suami suami kalian dari Nol sampai bisa menghidupi keluarganya sendiri.
Dan untuk para suami, cintailah istri-istri kalian yang berjuang menemani disaat susah dengan ke ikhlasan dan mempertahankan keridha'an para suami dengan cinta dan kasih sayang.
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya”[1].
baca selengkapnya disini.
ku menemukan seseorang di waktu yang tepat.
Cerita bermula disaat 5 tahun sudah kita menjalani hubungan ini, tepat diawal tahun yang baru
aku yang santai dan cuek ini disaat orang lain nanya "kapan nikah?" "kapan nyusul?" akhirnya ada di keadaan ibu ku sendiri yang nanya "kapan nikah?"
bingung? jelas.
karna disaat itu pacarku baru saja menyelesaikan kuliahnya.
belum punya perkerjaan dan penghasilan yang tetap.
tapi aku memberanikan diri buat nanya "aku mau nikah tahun ini"
(bukan nanya ya kayanya itu, tapi nembak wkwk)
beberapa menit nanya itu, otak mulai gak karuan, hati mulai degdeg-an. takut dengan jawabannya..
tapi, yang buat aku amaze sama pacarku adalah...dia menyanggupi untuk menikah di tahun ini.
padahal dia tau, dia belom berpenghasilan, dia baru lulus dr kuliah nya yang sempet mangkrak dua tahun karna keasikan kerja.
tapi yang buat aku percaya bisa "hidup" sama dia adalah kerja kerasnya dan rasa percaya nya kalo rejeki bisa dateng dari mana aja.
apa sampai disitu aja? jangan seneng dulu.
setelah dia memutuskan membawa ibu nya kerumah a.k.a melamar ku. masalah masalah baru mulai muncul, dari pikiran ku yang merasa "lo harus cari kerja!' "kerja apapun, yg penting lu berpenghasilan" "gua gamau hidup sama kaya contoh yg pernah gua liat"
setiap hari dia merasa tertekan dengan ke-egoisan ku karna terus nge push dia untuk terus semangat nyari kerja, gak peduli sejauh apa kantor tempat dia interview, ga peduli seberapa capek dia tiap hari harus keluar buat cari kerja, sampe ketika kita mutusin untuk berjalan sendiri-sendiri karna keadaan ku yang capek dipermainkan oleh pikiran ku sendiri dan dia yang lelah terus di tekan oleh semua keinginanku. seolah tidak percaya bahwa Allah akan membuka kan rejeki untuk hambanya yang berusaha dan berniat baik.
sampai aku sempat berfikir, apa aku mencari yang lebih baik? apa aku mencari seseorang yang sudah mapan? apa aku batalkan saja pertunangan ini? keputusan-keputusan itu selalu ada di kepala ku setiap malam. setiap kali aku mencoba melupakan rasa sayangku demi sebuah ego, dia menyadarkan ku kalau ketulusannya & rasa cinta nya yang begitu besar terhadapku yang membuat ku bertahan selama ini.
Allah itu adil, semakin lama aku semakin percaya bahwa rejeki menikah itu benar adanya, dan jika kita jodoh Allah akan memudahkan jalan kita bukan malah mempersulit.
dua bulan sebelum hari pernikahanku, calon ku mendapat kerjaan yang insyaAllah berkah buat kita.
aku percaya rencana Allah itu indah, dan banggalah para wanita yang mampu menjaga dan menemani suami suami kalian dari Nol sampai bisa menghidupi keluarganya sendiri.
Dan untuk para suami, cintailah istri-istri kalian yang berjuang menemani disaat susah dengan ke ikhlasan dan mempertahankan keridha'an para suami dengan cinta dan kasih sayang.
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya”[1].
baca selengkapnya disini.
Komentar
Posting Komentar