Langsung ke konten utama

Ibu

Pagi ku ini tidak seperti pagiku biasanya.

Suara merdu teriakan ibuku yang tiap pagi selalu membangunkanku, kini terlihat berbeda.
samar-samar ku dengar dalam tidur, terdengar seperti tangisan lirih menandakan sudah tak kuat lagi menahan atau sudah tidak kuat untuk berpura-pura kuat.

Tidak, aku tidak bertanya mengapa air mata itu keluar di pagi yang seharusnya cerah ini.
karna yang aku tau, tangisan tidak butuh kata tanya, ia hanya butuh pelukan untuk sedikit mengurangi beban yang aku pun tidak tau seberapa berat yang ia tanggung.

Dan dari mu, ibu.
aku belajar menerima setiap kekurangan pasangan.
aku belajar bersabar dalam diam.
aku belajar mendahulukan orang terkasih, dalam arti kata lain "biar saja anak&suamiku kenyang, aku bisa minum air putih sampai kenyang"
aku belajar menemani tanpa mengeluh.

Berhentilah menangis, bu.
aku tidak bisa melakukan apapun untuk menenangkan. karna aku pun tidak pernah tau gimana rasanya kehangatan disaat sedih dan pelukan disaat tangis.
yang aku tau, aku hanya bisa menyimpan itu sendiri tanpa membaginya untuk orang lain.

Ibu pernah bilang, aku anak terkuat yang ibu punya.
Ibu pernah bilang, aku anak yang gak pernah nangis meskipun merasa sakit.
Ibu pernah bilang, aku anak yang bisa tertawa meskipun ibu tau hatiku hancur saat itu.
Ibu pernah bilang, aku seperti ibu. yang selalu mendahulakan kebahagian orang lain daripada kebahagiaan sendiri.
Ibu pernah bilang, aku seperti ibu. yang rela menahan lapar untuk orang lain bisa kenyang.

Itu semua karna ibu,
secara sadar atau tidak.
sikapmu mengajarkan ku untuk memendam kesedihan dan membagi kebahagiaan.

Dan hari ini,
Ibu tidak lagi bisa memendam kesedihannya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seribu kebaikan akan mudah dilupakan dengan satu kesalahan

Gua tipe orang yang benci kalo udah bicara tentang waktu dan proses, kenapa? LAMA. tapi emang ga pernah munafik kalo waktu dan proses yang buat kita belajar,  yang buat kita dewasa. gua emang munafik kalo bilang diri gua udah dewasa, dan gua gamau di nilai "sok bener" sama orang lain. gua emang pinter ngasih tau orang, nasehatin orang, ngasih solusi ke orang, tapi gua ga bisa ngasih tau, nasehatin dan ngasih solusi ke diri gua sendiri. Kebanyakan orang juga kaya gitu, pasti! Dibalik semua yang orang nilai dengan sebelah mata ataupun dengan kedua matanya tentang gua, ga semua nya bener. Mereka hanya liat sisi "buruk" gua, dan ga pernah inget satu kebaikan gua. Karna gua pernah denger pepatah " When i'm right no one remembers and when i'm wrong no one forget" sama aja kaya " Seribu kebaikan akan mudah dilupakan dengan satu kesalahan"  Gua emang bukan orang yang suka ngungkit kebaikan diri sendiri, cuma sebelum kalian nilai orang sebe...

Pagi...Mendung

Pagi...mendung. Semendung hati ini yang sempat terisak karena mengingat sebuah tangis yang tak tersapu air mata nya oleh siapapun. Dimulai dengan suatu sore tahun 2001 silam, dengan kedua mata ku sendiri... Aku terkaget disaat melihat seorang anak perempuan kecil, di pukul, di injak, di seret di lantai oleh ibu nya sendiri di depan ayah nya dan adik nya. dalam benak ku bertanya, apa yang menjadi kesalahannya sehingga ibu nya tega berbuat seperti itu? kenapa ayah diam saja melihat anaknya pertamanya (mungkin) di perlakukan seperti itu oleh ibu nya? Dengan ketidak tahuan ku, akhirnya aku tau apa yang terjadi. disaat itu, anak yang sedang riang-riangnya tiba-tiba dikagetkan oleh ibu nya yang membentak dan berperilaku kasar dengan memaki dan menuduh anak itu mengambil uang ibu itu yang hanya sebesar 10ribu-15ribu seingatku. anak itu dengan sedihnya cuma bisa berkata "aku ga ngambil uang ibu...", apakah ibu itu tinggal diam? tidak. Ibu terus memaki, menyeret, bahka...

Bad

ini bukan pertama kalinya aku merasakan patah hati setelah bertahun-tahun menjalani hubungan, ini kali kedua setelah 5 tahun yang lalu dan aku merasakan sedikit ke khawatir-an yang berarti tentang kehilangan. Aku pernah berada di posisi lebih buruk dari ini dan lebih terpuruk dari ini, sama-sama di sia-siakan. Entahlah, aku yang santai atau memang perasaan ini tidaklah begitu buruk dari sebelumnya. Hanya ada sedikit ke khawatiran kecil yang memenuhi kepala ku, bagaimana jika... Aku tidak pernah sekalipun memaksa kan orang lain untuk terus bersama, bukan karena aku menyerah tapi aku hanya pasrah atas semua keputusan yang ada. Bagaimana pun, aku telah melakukan semua hal yang baik dan apa yang harus ku lakukan di akhir hubungan ini. Aku telah mencoba berbagai hal untuk menjadi pribadi baik bersama, bertahan karena satu tujuan yang sama-sama kita impikan, kita hayalkan, kita rencanakan. Entah ini cobaan atau ditujukan, bahwa aku tak mampu menjalani sendiri, bahwa aku tak dapat ...